Sekilas Tentang Sayyid Idrus Al-Jufri Pendiri Alkhairaat
Nama : Lulu Khairunnisa
7 orang istri Sayyid Idrus ini, tidak sekaligus beliau nikahi, tetapi sudah cerai dengan salah satu istrinya, baru menikah lagi dengan yang lain. beliau menikahi (poligami) maksimal 4 orang istri, dalam satu waktu. beliau poligami karena dakwah islam, seperti perkawinannya dengan Ite, putri Bangsawan Palu Sulteng. dengan perkawinannya itu, beliau mendapat banyak dukungan moril maupun materil dari masyarakat Palu dan sekitarnya.
sebelum meninggal Sayyid Idrus pada tahun 1968 menunaikan ibadah haji bersama 3 orang muridnya yaitu : ustad Hadzbullah Arsyad, ustad Mahfudz Godal dan ustad Syakir Hubaib. biaya perjalanan haji dihadiahkan oleh Sayyid Muhamman bin Alwi Al-idrus pada Sayyid Idrus dan rombongannya. setelah menunaikan ibadah haji, Sayyid Idrus dan rombongannya ke Palu. tidak berapa lama sekembalinya dari Mekkah perjalanan ke Indonesia Timur yang merupakan RIHLAL AL WADAH. sesudah berdakwah disana, beliau dan rombongannya kempali ke Palu pada tahun 1968 Sayyid Idrus sakit yang cukup parah sehingga harus berangkat ke Jakarta untuk berobat. sesudah sembuh guru tua pulang ke Palu pada bulan april. belum sampai sebulan kembalinya dari jakarta yaitu pada bulan mei guru tua sakit lagi sehingga beliau ke jakarta dengan ditemani anaknya yang bernama Sayyid Muhammad Al-Jufri dan mereka tinggal di jakarta sampai pertengahan bulan juli 1969, kemudian kembali ke Palu . Sayyid Idrus meminta dibangunkan sebuah kamar disamping kiri masjid Al-KHAIRAAT. Sayyid Idrus tetap mengajar walaupun sudah sakit parah pada beberapa hari sebelum beliau meninggal
menurut Abd Wahab Abd Muhaimin yang hadir pada detik-detik terakhir Sayyid Idrus akan menghembuskan nafas terakhir, hadir para keluarga, para sahabat dan murid-muridnya. menurut Ustadz Hasbullah Arsyad bahwa pada detik-detik terakhir guru tua akan meninggal, dia berwasiat agar dikuburkan disamping kubur istrinya Syarifah Aminah Aljufri yang telah mendahuluinya, yaitu disebelah Barat masjid Alkahiraat. selain itu menurut M Noor Sulaiman bahwa guru tua berwasiat dan menentukan orang yang bertugas mengurusi jenazahnya. dengan adanya penetapan dari belaiu tentang pelaksanaan pengurusan jenazahnya, maka pada waktu meninggal tidak terjadi keributan. yang mengikuti sholat jenazah lebih dari 10.000 orang dari semua lapisan masyarakat, rakyat biasa, sampai pembesar setempat, sipil dan militer.setelah meninggal Sayyid Muhammad Bin IdrUS AL-Jufri tahun 1974. maka yang menjadi pemimpin tertinggi Al-khairaat adalah putra sulungnya, Sayyid Saggaf bin Muhammad Al-Jufri
sekian yang dapat saya sampaikan tentang biografi Sayyid Idrus Bin Salim Al-Jufri atau biasa dikenal masyarakat palu yaitu Guru Tua pendiri Al-Khairaat semoga bermanfaat bagi kita semua
Wassalamu'alaikum Wr. Wb
No. Stambuk : F231 17 011
Jurusan / Prodi : Teknik Arsitektur / SI Perencanaan Wilayah & Kota
Kelas : A
Assalamu'alaikum Wr. Wb
disini saya sebagai alumni dari Ma Al-Khairaat Pusat Palu saya akan menjelaskan biografi SAYYID IDRUS Bin SALIM AL-JUFRI (guru tua) Pendiri Al-Khairaat. Sayyid Idrus Al-jufri dilahirkan di kota Taris, sebuah distrik yang berada 5 km dari kota Siwun Hadramaut Yaman pada hari Senin tanggal 14 Sya'ban tahun 1309 H/15 Maret 1890 dari keluarga Ba'alawi yang silsilah nenek moyangnya sampai kepada Ali Bin Abi Thalib, menantu nabi Muhammad SAW. Nama ayah dari guru tua adalah Sayyid Salim Bin Alawi Al-Jufri (1253 H/1835 M - 1335 H/1916 M ) dan ibunya bernama Syarifah Nur Al-Jufri dari Wajo Sengkang Sulawesi Selatan. dari perkawinan Sayyid Salim Al-Jufri dengan Syarifah Nur dikaruniai 6 orang anak, diantaranya adalah Sayyid Idrus bin Salim Al-Jufri / guru tua sebagai anak yang keempat.Sayyid Salim Al-Jufri Al-Jufri lahir dan wafat di Hadhramaut. ia menjabat sebagai Qadhi dan Mufti di Taris Hadhramaut hingga wafatnya.Guru Tua menikah beberapa kali, istri pertamanya adalah putri dari Sayyid Umar Al-Balhi, yang dia nikahi ketika dia masih sangat muda dan mempunyai seorang putri bernama Fathima dari pernikahannya itu. dia melakukan pernikahan kedua di Hadhramaut setelah tinggal 6 bulan di Makkah dengan menikahi putri Sayyid Hasan bin Ahmad al-Bahr dan mempunyai 3 orang anak yaitu Sayyid Muhammad, Syarifah Raguan dan Sayyid Salim. meninggalkan istrinya di Taris, Sayyid Idrus menikahi Syarifah Aminah, putri Sayyid Thalib Al-Jufri di Pekalongan Jawa Tengah. mereka mempunyai 3 orang putri dari pernikahan itu, yaitu : Syarifah Lu'lu, Syarifah Nikmah dan Syarifah Masturah (meninggal masih kecil ). pernikahan Sayyid Idrus berikutnya dengan seorang wanita jawa yang ditemuinya di Jombang Jawa Timur, tetapi tidak menghasilkan keturunan. pernikahan berikutnya di Wani Kab. Donggala Sulawesi Tengah dengan Syarifah Kaltsum Al-Mahdali, tetapi dalam perkawinan ini juga tidak dikaruniai anak. kemudian Sayyid Idrus menikah dengan istri yang keenam dengan Hj. Ince Ami (Ite), keturunan raja Palu Sulawesi Tengah yang banyak membantu moril dan materil pada Sayyid Idrus dalam membina dan mengembangkan pendidikan Islam Alkhairaat. dari perkawinan ini Sayyid Idrus dikaruniai 2 orang putri yaitu : Syarifah Sidah dan Syarifah Sa'diyah. selanjutnya Sayyid Idrus menikah yang ketujuh kalinya, dengan Syarifah Hawlah binti Husen Al-Habsyi dari perkawinannya tidak dikaruniai anak.
7 orang istri Sayyid Idrus ini, tidak sekaligus beliau nikahi, tetapi sudah cerai dengan salah satu istrinya, baru menikah lagi dengan yang lain. beliau menikahi (poligami) maksimal 4 orang istri, dalam satu waktu. beliau poligami karena dakwah islam, seperti perkawinannya dengan Ite, putri Bangsawan Palu Sulteng. dengan perkawinannya itu, beliau mendapat banyak dukungan moril maupun materil dari masyarakat Palu dan sekitarnya.
sebelum meninggal Sayyid Idrus pada tahun 1968 menunaikan ibadah haji bersama 3 orang muridnya yaitu : ustad Hadzbullah Arsyad, ustad Mahfudz Godal dan ustad Syakir Hubaib. biaya perjalanan haji dihadiahkan oleh Sayyid Muhamman bin Alwi Al-idrus pada Sayyid Idrus dan rombongannya. setelah menunaikan ibadah haji, Sayyid Idrus dan rombongannya ke Palu. tidak berapa lama sekembalinya dari Mekkah perjalanan ke Indonesia Timur yang merupakan RIHLAL AL WADAH. sesudah berdakwah disana, beliau dan rombongannya kempali ke Palu pada tahun 1968 Sayyid Idrus sakit yang cukup parah sehingga harus berangkat ke Jakarta untuk berobat. sesudah sembuh guru tua pulang ke Palu pada bulan april. belum sampai sebulan kembalinya dari jakarta yaitu pada bulan mei guru tua sakit lagi sehingga beliau ke jakarta dengan ditemani anaknya yang bernama Sayyid Muhammad Al-Jufri dan mereka tinggal di jakarta sampai pertengahan bulan juli 1969, kemudian kembali ke Palu . Sayyid Idrus meminta dibangunkan sebuah kamar disamping kiri masjid Al-KHAIRAAT. Sayyid Idrus tetap mengajar walaupun sudah sakit parah pada beberapa hari sebelum beliau meninggal
menurut Abd Wahab Abd Muhaimin yang hadir pada detik-detik terakhir Sayyid Idrus akan menghembuskan nafas terakhir, hadir para keluarga, para sahabat dan murid-muridnya. menurut Ustadz Hasbullah Arsyad bahwa pada detik-detik terakhir guru tua akan meninggal, dia berwasiat agar dikuburkan disamping kubur istrinya Syarifah Aminah Aljufri yang telah mendahuluinya, yaitu disebelah Barat masjid Alkahiraat. selain itu menurut M Noor Sulaiman bahwa guru tua berwasiat dan menentukan orang yang bertugas mengurusi jenazahnya. dengan adanya penetapan dari belaiu tentang pelaksanaan pengurusan jenazahnya, maka pada waktu meninggal tidak terjadi keributan. yang mengikuti sholat jenazah lebih dari 10.000 orang dari semua lapisan masyarakat, rakyat biasa, sampai pembesar setempat, sipil dan militer.setelah meninggal Sayyid Muhammad Bin IdrUS AL-Jufri tahun 1974. maka yang menjadi pemimpin tertinggi Al-khairaat adalah putra sulungnya, Sayyid Saggaf bin Muhammad Al-Jufri
sekian yang dapat saya sampaikan tentang biografi Sayyid Idrus Bin Salim Al-Jufri atau biasa dikenal masyarakat palu yaitu Guru Tua pendiri Al-Khairaat semoga bermanfaat bagi kita semua
Wassalamu'alaikum Wr. Wb
Komentar
Posting Komentar